CIRI-CIRI UTAMA ORANG YANG MENYIMPANG1

Oleh: Syaikh DR. Abdussalam bin Salim as-Suhaimi

1. Berpecah belah (bercerai-berai), sebagaimana Allah telah memberi peringatan tentang itu dalam firman-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيۡءٍۚ

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, maka kamu bukanlah golong mereka (dan mereka pun bukan golongan kamu).” (Al-An’am [6]: 159)

2. Mengikuti mutasyaabihaat (dalil yang multi tafsir), Allah ta’ala berfirman:

فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَٰبَهَ مِنۡهُ

“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya.” (Ali ‘Imran [3]: 7)

3. Mengikuti hawa nafsu, Allah berfirman:

فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٌ

“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,” (Ali ‘Imran [3]: 7)

أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya,” (Al-Furqan [25]: 43)

4. Membenturkan sunnah dengan Al-Quran

5. Membenci Ahli Atsar (orang yang mengikuti peninggalan Rasulullah dan para sahabatnya)

6. Menggelari Ahlussunnah dengan nama-nama yang buruk

7. Tidak menganut mazhab salaf2

8. Mengkafirkan yang menyelisi mereka tanpa dalil

9. Memperumum (menjadikan umum, mengglobalkan: Ijmaal) perkara-perkara yang butuh kepada perincian (tafshiil) dan penjelasan (bayaan). Dan mengiaskan sesuatu kepada sesuatu yang lain yang tidak sah berkias kepadanya.

Imam Ahmad rahimahullah berkata:

يَنْبَغِيْ لِلْمُتَكَلِّمِ فِيْ الْفِقْهِ أَنْ يَجْتَنِبَ هَذَيْنِ الْأَصْلَيْنِ الْمُجْمَلَ وَالْقِيَاسَ

“Hendaknya orang yang berbicara dalam fikih menjauhi dua pokok ini, yakni Mujmaal (lafal global yang belum jelas, yang masih membutuhkan penjelasan dan rincian) dan kias (yang batil).”

Beliau juga berkata:

أَكْثَرُ مَا يُخْطِئُ النَّاسُ مِنْ جِهَةِ التَّأْوِيْلِ وَالْقِيَاسِ

“Kebanyakan orang itu keliru dalam takwil dan kias.” (Al-Qawaa’id An-Nuurooniyyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (2/437)

Bersambung in syaa Allah…

Diterjemahkan oleh Ustadz Hafizh Abdul Rohman, Lc. (Abu Ayman) dari kitab:
Kun Salafiyyan ‘Alal Jaaddah, ‘Abdussalaam bin Saalim bin Rajaa As-Suhaimi, Ad-Daarul Atsariyyah, 2012 M

____________________________________________________________________________________

Footnote

[1] Lihat tentang ini pada kitab: Syarhus Sunnah, Al-Barbahari (hal. 22), Aqiidatus Salaf Ashhaabil Hadiits, As-Shaabuuni (hal. 132), Syarhu Ushuulis Sunnah, Al-Laalakaa-i (1/179), Majmuu’ Al-Fataawaa (4/155), Minhaajus Sunnah (5/239, 240), Majmuu’ Ar-Rasaa-il wal Masaa-il An-Najdiyyah (3/120), Mauqifu Ahlis Sunnah Wal Jamaa’ah Min Ahlil Ahwaa-i Wal Bida’i (1/127-134).

[2] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Majmuu’ Al-fataawaa (4/156):
أَمَّا أَنْ يَكُوْنَ انْتِحَالُ مَذْهَبِ السَّلَفِ مِنْ شِعَارِ أَهْلِ الْبِدَعِ فَهَذَا بَاطِلٌ، فَإِنَّ ذَلِكَ غَيْرُ مُمْكِنٌ إِلاَّ حَيْثُ يَكْثُرُ الْجَهْلُ وَ يَقِلُّ الْعِلْمُ
“Adapun anggapan bahwa nisbah kepada mazhab salaf adalah ciri ahli bid’ah, maka itu adalah tuduhan batil, itu tidak mungkin kecuali tuduhan itu disebabkan karena banyaknya kebodohan dan sedikitnya ilmu”.

Saya katakan: Saat ini benar-benar telah muncul orang yang mengaku berada di atas manhaj salaf, padahal tidak demikaian; bahkan kelompok-kelompok hizbi masa kini, yang sebagiannya berada di atas pemikiran khawarij, ada juga yang menyebut mereka adalah salafi, dia mengeklaim bahwa kelompok-kelompok itu sama-sama berada di atas manhaj salaf. Ini adalah akibat dari banyaknya kebodohan dan kurangya ilmu, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Atau bisa jadi klaim itu dimaksudkan untuk merusak (mengubah) hakikat dakwah salafiyyah yang tegak di atas Al-Kitab dan Sunnah yang shahih berdasarkan pemahaman salaf shalih, agar kelompok-kelompok yang menyimpang dapat dimasukkan sebagai bagian dari Ahlussunnah Wal Jamaa’ah“.