Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59)
▬▬▬
Di antara perkara yang seringkali menjadi bahan perselisihan adalah masalah ketaatan kepada penguasa, bahkan ini yang menjadi sebab peperangan, terkucurnya darah, kekacauan di banyak negeri.
Ketika didapati seorang penguasa yang zalim, kalau dikembalikan kepada perasaan maka seseorang bisa saja memberontak kepada penguasa yang zalim tersebut. Kalau dikembalikan kepada akal sepintas, maka seseorang bisa saja akan berusaha menurunkan penguasa yang zalim.
Oleh sebab itu jika seseorang berselisih pendapat dalam suatu masalah apapun maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan dikembalikan kepada perasaan, bukan dikembalikan kepada akal, bukan pula dikembalikan kepada kebanyakan orang.
Dan jika kita kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya, ternyata kita diperintahkan untuk tetap bersabar dalam menghadapi penguasa yang zalim
Faidah dari Al-Ustadz,
BENI SARBENI, Lc, M.Pd.
Hafidzhahullah