Kaidah Kedelapan: Buah Dari Istiqamah Di Dunia Adalah Keistiqamahan Di Atas Shirath (Jembatan yang Terbentang Di Atas Neraka Jahannam)

KAIDAH KEDELAPAN: BUAH DARI ISTIQAMAH ADALAH KEISTIQAMAHAN DI ATAS SHIRATH (JEMBATAN YANG TERBENTANG DI ATAS NERAKA JAHANNAM)

Oleh: Syaikh ‘Abdurrazzaaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr

Siapa saja yang Allah berikan hidayah kepadanya di Dunia berupa shirathal mustaqim (jalan yang lurus) maka Allah akan berikan pula kepadanya hidayah di Akhirat untuk dapat berjalan diatas As-Shirathal Mustaqim (jembatan) yang terbentang di atas Neraka Jahannam.

Pada hari kiamat akan dibentangkan Shirath di atas api Neraka Jahannam yang lebih tajam daripada pedang dan lebih tipis daripada sehelai rambut.

Manusia semuanya diperintahkan untuk melewati Shirath tersebut, keadaan mereka ketika melewati Shirath berbeda-beda, perbedaan ini disebakan karena berbeda-bedanya mereka didalam beramal dan keistiqamahan mereka diatas jalan yang lurus ketika di Dunia.

Imam Ibnul Qoyyim berkata:

“Maka siapa saja yang diberikan oleh Allah hidayah di Dunia ini berupa jalan yang lurus, yang Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya, maka Allah akan berikan pula kepadanya hidayah kelak di Akhirat yang bisa menyampaikanya kedalam surga-Nya, tempat pembalasan.”

“Semakin kokoh seorang hamba berada di jalan yang lurus (shirathal mustaqim) yang Allah bentangkan di Dunia ini, maka sekokoh itu pulalah dia kelak diatas shirath yang Allah bentangkan diatas Neraka Jahannam.”

Demikian pula semakin ia berusaha menapaki jalan lurus di Dunia, maka seperti itu pula ketika ia meniti jalan di atas Shirath.”

“Diantara mereka ini ada yang melewatinya secepat kilat, ada yang secepat kedipan mata, ada yang secepat angin, ada yang seperti menaiki kendaraan, ada yang berlari-lari, berjalan bahkan merangkak. Diantara mereka ada yang tertatih-tatih namun berhasil sampai, dan ada pula yang terjatuh kedalam Neraka.”

“Karena itu hendaknya seorang hamba memperhatikan jalannya, di dalam meniti Shirath di Akhirat adalah sebagaimana ia menapaki jalan di dunia ini setapak demi setapak, sebagai balasan dan ganjaran yang setimpal, sebagaimana Allah berfirman:

هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (90)

“Tidaklah kalian dibalas, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kalian kerjakan.” (QS An Naml [27]: 90)

“Hendaknya seseorang memperhatikan syubhat dan syahwat yang merintangi jalannya di atas jalan yang lurus ini, karena di kedua sisi jalan tersebut terdapat kalalib (semacam besi yang siap untuk menyambar) yang dapat mengait dirinya sehingga ia terhalang dari melintasi jalan tersebut. Jika semakin banyak dan kuat (rintangan di Dunia) maka demikian pula di Akhirat.”

Allah berfirman:

وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (46)

“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. Fushilat [41]: 46) 1


Siapa saja di Dunia ini yang tertahan dengan berbagai macam syubhat dan syahwat sehingga berpaling dari jalan yang lurus, maka ia pun akan disambar oleh kalalib yang berada di sisi Shirath pada hari kiamat kelak sebagaimana syubhat dan syahwat telah menyambarnya ketika di Dunia.

Imam Ibnul Qoyyim juga beliau memiliki ucapan lain yang semakna dengan ini dalam buku beliau Al-Jawabul Kafi (hal. 123).

Bersambung in syaa Allah…

Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Ainun Wahidin, Lc. dari kitab:
‘Asyru Qawaa’id Fil Istiqaamah, Syaikh ‘Abdurrazzaaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr


Footnote

[1] Madarijus Salikin 1/10