Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۗ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن يُقۡضَىٰٓ إِلَيۡكَ وَحۡيُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِي عِلۡمٗا

“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. (QS. Thaha: 114)
▬▬▬

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan ayat tersebut, beliau berkata:

وَقَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ {رَبِّ زِدْنِي علما} وَاضِحُ الدَّلَالَةِ فِي فَضْلِ الْعِلْمِ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَمْ يَأْمُرْ نَبِيَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَلَبِ الِازْدِيَادِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا مِنَ الْعِلْمِ وَالْمُرَادُ بِالْعِلْمِ الْعِلْمُ الشَّرْعِيُّ الَّذِي يُفِيدُ مَعْرِفَةَ مَا يَجِبُ عَلَى الْمُكَلَّفِ مِنْ أَمْرِ دينه فِي عِبَادَاتِهِ وَمُعَامَلَاتِهِ وَالْعِلْمُ بِاللَّهِ وَصِفَاتِهِ وَمَا يَجِبُ لَهُ مِنَ الْقِيَامِ بِأَمْرِهِ وَتَنْزِيهِهِ عَنِ النَّقَائِصِ وَمَدَارُ ذَلِكَ عَلَى التَّفْسِيرِ وَالْحَدِيثِ وَالْفِقْهِ

“Dan firman Allah azza wa jalla (Tambahkanlah aku ilmu) jelas menunjukan keutamaan ilmu, karena Allah subhanahu wa ta’ala tidak memerintahkan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan apapun kecuali ilmu, dan ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama), yang dengannya dia mengetahui kewajiban seorang mukallaf (yakni orang balig lagi berakal) dalam urusan-urusan agamanya, baik dalam ibadah maupun muamalah, demikian pula ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, juga ilmu tentang (tauhid) yang dengannya dia mensucikan Allah dari segala kekurangan, yang semua itu berputar pada ilmu Tafsir, Hadits, dan Fiqih”. (Fathul Bari libni Hajar, 1/ 141)

Faidah dari Al-Ustadz,
🔳 BENI SARBENI, Lc, M.Pd.
Hafidzhahullah