Imam As-Syafi’i rahimahullah berkata,

كُلُّ مَا قُلْتُ فَكَانَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم خِلاَفُ قَوْلِيْ مِمَّا يَصِحُّ فَحَدِيْثُ النَّبِيِّ أَوْلَى، فَلاَ تُقَلِّدُوْنِيْ

“Setiap dari perkataanku, kemudian ada riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyelisihi perkataanku, maka hadits Nabi (harus) diutamakan. Maka janganlah kalian taqlid kepadaku.” (Adab Asy-Syafi’i (hal. 93))
▬▬▬
Taklid itu tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan darurat, seperti orang awam yang taklid kepada madzhab gurunya.

Kitab-kitab para ulama itu di antara tujuannya adalah agar seseorang bisa tahu perbedaan pendapat dan dalil-dalilnya. Kemudian dengan perangkat yang dimiliki seperti ilmu bahasa Arab, Ushul Fiqih, Qawaid dan lain sebagainya, dia bisa membandingkan mana pendapat yang paling kuat, karena ia ingin betul-betul mengikuti sunnah.

Para ulama itu bukanlah puncak tujuan yang mana seseorang berhenti sampai di situ saja, akan tetapi para ulama itu adalah wasilah agar kita bisa lebih mendekat kepada sunnah Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di yaumul qiyamah nanti seseorang tidak akan ditanya “Kenapa kalian tidak mengikuti Imam Syafi’i?” atau “Kenapa kalian tidak mengikuti Imam Ahmad?”, akan tetapi ia akan ditanya “Apakah kalian mengikuti seruan para Rasul?”

Seseorang tidak akan ditanya “Kenapa tidak mengikuti kebanyakan orang?”, akan tetapi seseorang hanya akan ditanya kenapa tidak mengikuti satu orang? yaitu Rasulullah shallalalhu ‘alaihi wa sallam.

Faidah dari Al-Ustadz,
BENI SARBENI, Lc, M.Pd.
Hafidzhahullah

Yuk bantu dakwah,..
BELAJAR ISLAM | BIS
✅ Follow, Like, Share, Subscribe
https://linktr.ee/belajarislambis