بسم الله الرحمن الرحيم

PENDIDIKAN ANAK (Bag. 1)

Oleh: Ustadz Beni Sarbeni Abu Sumayyah

Muqaddimah

Diantara kewajiban yang dibebankan kepada manusia adalah kewajiban dalam mendidik anak, terkhusus berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri, istri dan anak-anak semuanya dari neraka jahannam.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُم وَأَهليكُم نَارا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلحِجَارَةُ عَلَيهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظ شِدَاد لَّا يَعصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهم وَيَفعَلُونَ مَا يُؤمَرُونَ ٦

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim [66]: 6)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata:

“Menjaga diri adalah dengan menetapi perintah Allah, melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, demikian pula bertaubat dari perkara yang menyebabkan murka dan adzab Allah.

Adapun menjaga keluarga dari api neraka adalah dengan mendidik mereka dan memaksa mereka agar ada di atas aturan Allah.

Seorang hamba tidak akan selamat kecuali dengan menunaikan perintah Allah atas dirinya dan atas setiap orang yang menjadi tanggung jawabnya, seperti istri dan anak-anak juga yang lainnya”. (Tafsir as-Sa’di, hal: 874)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فالرَّجُلُ رَاعٍ فِي بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وهِيَ َمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

“Kalian semua adalah pemimpin dan akan dipinta pertanggung jawaban atas yang kalian pimpin, seorang lelaki adalah pemimpin di dalam (penghuni) rumahnya dan akan dipinta pertanggung jawaban atas (penghuni) rumah yang dia pimpin, begitupula seorang wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan akan dipinta pertanggung jawaban atas (rumah) yang ia pimpin.” (Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)

Di dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّ لِوَلَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا

“Dan sesungguhnya anakmu pun memiliki hak atas kamu.”  (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim)

Maka sesungguhnya anak-anak hamba adalah cobaan bagi orang tua, apakah mereka akan melaksanakan kewajiban yang ada di pundak mereka bersama anak-anaknya itu dengan bersyukur atas nikmat Allah yang dikaruniakan kepada mereka?

Apakah mereka akan melaksanakan hukum Allah bersama anak-anaknya itu?

Apakah mereka akan menempuh perintah yang digariskan oleh Allah dan Nabi-Nya kepada mereka?

Apakah mereka akan terfitnah atau ada dalam keteguhan karena anak-anak mereka?

Bagi orang yang ingin selamat di dunia dan akhirat, ini adalah sesuatu yang mesti dilalui dengan sukses dengan menempuh perintah Allah secara baik.

Diantara kitab yang bagus dalam membahas Pendidikan Anak adalah kitab karya Syaikh Musthafa al-Adawi, oleh karena kajian ini akan saya ringkas dari kitab tersebut seraya memohon hidayah dan taufik hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

BAGIAN PERTAMA

Hanya Allah lah yang memberikan hidayah

Apa yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya hanya sebab dan dalam rangka melaksanakan perintah Allah,

Adapun yang – benar-benar – menjadikan anaknya shalih adalah Allah Subhanahu wa ta’ala, hanya Allah lah yang mampu memberikan hidayah.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

مَن يَهدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلمُهتَدِيۖ وَمَن يُضلل فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلخَٰسِرُونَ ١٧٨

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi”. (QS. Al-A’raf [7]: 178).

Dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

قَالَ إِنِّي عَبدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِيَ ٱلكِتَٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيّا ٣٠ وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَينَ مَا كُنتُ وَأَوۡصَٰنِي بِا لصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمتُ حَيّا ٣١ وَبَرَّا بِوَٰلِدَتِي وَلم يَجعَلنِي جَبَّارٗا شَقِيّا ٣٢

“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”. (QS. Maryam [19]: 30-32).

Perhatikan kalimat menjadikan dan tidak menjadikan, siapakah yang melakukannya ? Dialah Allah Subhanahu wa ta’ala.

Inilah seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, Allah Subhanahu wa ta’ala telah menyesatkannya dengan perkataan anak tersebut kepada kedua orang tuanya, dia berkata (al-Ahqaf : 17-18).

وَٱلَّذِي قَالَ لِوَٰلِدَيهِ أُفّ لَّكُمَآ أَتَعِدَانِنِيٓ أَنۡ أُخرَجَ وَقَد خَلَتِ ٱلقُرُونُ مِن قَبلِ وَهُمَا يَستَغِيثَانِ ٱللَّهَ وَيلَكَ ءَامن إِنَّ وَعدَ ٱللَّهِ حقّ فَيَقُولُ مَا هَٰذا إِلَّا أَسَٰطِيرُ ٱلأَوَّلِينَ ١٧ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ حَقَّ عَلَيهِمُ ٱلقولُ فِيٓ أُمم قَد خَلت مِن قَبلِهِم مِّنَ ٱلجِنِّ وَٱلإِنسِ إِنَّهُم كَانُواْ خَٰسِرِينَ ١٨

“Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kalian berdua memperingati kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan:

“Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”. Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka”.

Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi”. (QS. Al-Ahqaf [46]: 17-18)

Maksudnya kedua orang tuanya telah menasihatinya akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala telah menetapkan kesesatan untuknya.

bersambung…