TAUHID DAN MACAM-MACAMNYA #1

Islam ditegakkan di atas fondasi tauhid, Allah ta’ala berfirman:

قُلۡ إِنَّمَا يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٌ وَٰحِدٞۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa. maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)’.” (QS. Al-Anbiya [21]: 108)

Dalam mentauhidkan Allah harus mengombinasikan antara meniadakan dan menetapkan (An-Nafyu dan Al-Itsbaatu); karena jika hanya meniadakan saja, maka artinya adalah menolak, dan jika hanya menetapkan saja, maka itu pun tidak mencegah adanya persekutuan. Oleh karena itu, tidak ada tauhid kecuali dengan meniadakan dan menetapkan. Yakni meniadakan segala sembahan selain Allah dan menetapkannya hanya bagi Allah semata. Tauhid adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam perkara yang menjadi kekhususan bagi-Nya.

Tauhid terdiri dari 3 macam:

1.Tauhid rubuubiyyah
2.Tauhid uluuhiyyah
3.Tauhid asmaa wa sifaat

Allah ta’ala telah menghimpun tiga jenis tauhid ini dalam firmannya:

رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا فَٱعۡبُدۡهُ وَٱصۡطَبِرۡ لِعِبَٰدَتِهِۦۚ هَلۡ تَعۡلَمُ لَهُۥ سَمِيّٗا

“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam [19]: 65)

Pertama: Tauhid rubuubiyyah.

Tauhid rubuubiyyah adalah mengesakan Allah dalam menciptakan, merajai dan mengatur.

Allah berfirman:

أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’raf [7]: 54)

وَلِلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran [3]: 189)

قُلِ ٱدۡعُواْ ٱلَّذِينَ زَعَمۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَمَا لَهُمۡ فِيهِمَا مِن شِرۡكٖ وَمَا لَهُۥ مِنۡهُم مِّن ظَهِيرٖ ٢٢ وَلَا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ عِندَهُۥٓ إِلَّا لِمَنۡ أَذِنَ لَهُۥۚ حَتَّىٰٓ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمْ قَالُوا۟ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ۖ قَالُوا۟ ٱلْحَقَّ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْكَبِيرُ٢٣

“Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu’, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?’ Mereka menjawab: ‘(Perkataan) yang benar, dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar’.” (QS. Saba [34]: 22-23)

Tauhid ini telah diterima dan dibenarkan oleh kaum musyrikin yang dihadapi oleh Rasulullah shalllallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah berfirman:

وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan mereka?’, niscaya mereka menjawab: ‘Allah’, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?,” (QS. Az-Zukhruf [43]: 87)

وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab: ‘Allah’. Katakanlah: ‘Segala puji bagi Allah’; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Luqman [31]: 25)

قُلۡ مَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أَمَّن يَمۡلِكُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَمَن يُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَيُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُۚ فَقُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Allah’. Maka katakanlah ‘Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?'” (QS. Yunus [10]: 31)

قُل لِّمَنِ ٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٨٤ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٨٥ قُلۡ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلسَّبۡعِ وَرَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ ٨٦ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ ٨٧ قُلۡ مَنۢ بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيۡءٖ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيۡهِ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٨٨ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ فَأَنَّىٰ تُسۡحَرُونَ ٨٩ بَلۡ أَتَيۡنَٰهُم بِٱلۡحَقِّ وَإِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ٩٠ 

“Katakanlah: ‘Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?’. Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah’. Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak ingat?’. Katakanlah: ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ . Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah’. Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’. Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?’. Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah’. Katakanlah: ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?’. Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-Mu’minun [40]: 84-90)

Tidak ada seorang pun dari orang-orang musyrikin ini ataupun selain mereka, dari kalangan yang meyakini adanya pencipta, meyakini bahwa ada makhluk yang berserikat dengan Allah ta’ala dalam menciptakan langit dan bumi atau dalam menciptakan selain keduanya, dan tidak ada di antara mereka yang memiliki keyakinan bahwa alam ini memiliki dua pencipta yang setara dalam sifat-sifat dan perbuatannya.

Tidak ada seorang pun yang menentang tauhid rubuubiyyah, baik dengan cara menolak maupun dengan menyekutukan, kecuali yang dilakukan oleh Fir’aun; di mana dia mengingkari tauhid rubuubiyyah dengan cara menolaknya yang disebabkan karena kesombongan; dia menolak rubuubiyyah Allah dan keberadaan-Nya.

Alla berfirman tentang Fir’aun:

فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ

“(Seraya) berkata: ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi’.” (QS. An-Nazi’at [79]: 24)

وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي فَأَوۡقِدۡ لِي يَٰهَٰمَٰنُ عَلَى ٱلطِّينِ فَٱجۡعَل لِّي صَرۡحٗا لَّعَلِّيٓ أَطَّلِعُ إِلَىٰٓ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُۥ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٣٨ 

“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta’.” (QS. Al-Qashash [28]: 38)

Ini adalah kesombongan dari Fir’aun, karena dia menyadari bahwa Tuhan itu adalah bukan dirinya.

Allah berfirman:

قَالَ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَآ أَنزَلَ هَٰٓؤُلَآءِ إِلَّا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ بَصَآئِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَٰفِرۡعَوۡنُ مَثۡبُورًا

“Musa menjawab: ‘Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir’aun, seorang yang akan binasa’.” (QS. Al-Isra [17]: 102)

Sejatinya, Fir’aun telah mengakui dalam dirinya bahwa Rabb itu adalah Allah ‘azza wa jalla. Namun pengakuan terhadap tauhid rubuubiyyah itu tidaklah bermanfaat, kecuali ia mengakui tauhid uluuhiyyah dan hanya beribadah kepada Allah saja.

Bersambung Insyaa Allah…

Diterjemahkan oleh Ustadz Hafizh Abdul Rohman, Lc. (Abu Ayman) dari kitab:
Syarah Al-‘Aqiidah Al-Waashithiyyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Karya Syaikh Muhammad Bin Shaalih bin Utsaimin, yang diringkas oleh Abdullah bin Muhsin Ash-Shaa’idi dalam kitabnya: Taqriib wa Tahdziib Syarh Al-‘Aqiidah Al-Waashithiyyah.