Teladan Dalam Memahami Al-Quran Dan As-Sunnah

Kita wajib merujuk kepada Al-Quran dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beragama. Tetapi di dalam memahami dan mempraktekkan Al-Quran dan Sunnah, kita butuh teladan. Lalu siapa teladan kita?

Jawabannya adalah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena merekalah yang direkomendasikan oleh Allah untuk kita teladani. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَـٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَـٰنٍۢ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah.” (QS. At-Taubah: 100)
▬▬▬

Ayat di atas menunjukkan bahwasa Allah meridhai para shahabat juga setiap orang yang mengikuti langkah atau jejak para shahabat. Artinya kalau kita ingin diridhai oleh Allah, maka kita wajib mengikuti para shahabat dalam memahami dan mempraktekan Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Oleh karena itu, Imam Ibnu Katsir rahimahullah menulis sebuah kaidah yang berbunyi:

لو كان خيرا لسبقونا إليه

“Kalaulah ada satu perkara agama yang dianggap baik, niscaya mereka akan mendahului kita untuk melakukannya.” (Tafsir ibnu Katsir, 7/278 )

Artinya dalam praktek beragama kita harus lihat, pernahkah para shahabat melakukannya atau tidak pernah? Kalau pernah melakukannya maka itu adalah kebaikan, kalau tidak pernah itu menunjukkan bahwa itu bukan kebaikan.

Faidah dari Al-Ustadz,
🔳 BENI SARBENI, Lc, M.Pd.
Hafidzhahullah